Tuesday 8 September 2015

Sejarah

Tags

1. Sejarawan kuntowijoyo meringkas sifat-sifat sejarah itu dalam lima kata: fakta, diakronis, ideografis, unik, dan empiris
a. Fakta
Fakta artinya suatu peristiwa sejarah bukanlah rekaan manusia. Kepastian tentang fakta didapatkan dari hasil verifikasi terhadap data tentang peristiwa tersebut
b. Diakronis
Secara etimologi diakronis berasal dari bahasa yunani, dia yang berarti melintasi atau melewati dan kronos berarti perjalanan waktu, diakronis artinya suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa sebelumnya. Pengertian diakronis sama dengan kronologi, melalui konsep ini kita dapat melakukan perbandingan serta melihat tahapan perkembangan sejarah dari masa ke masa.
c. Ideografis
Ideografis artinya menggambarkan atau menceritakan suatu peristiwa yang terjadi pada ruang dan waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan pemahaman dan makna dari peristiwa tersebut. Tidak ada hukum umum atau teori yang pasti dalam sejarah, sebab dalam sejarah tidak ada kebenaran yang mutlak. Dalam ilmu sejarah (dan ilmu sosial lain) tidak ada hukum atau teori yang pasti untuk menjelaskan peristiwa atau kehidupan manusia. Kehidupan manusia adalah dinamis, sehingga tidak ada kebenaran yang mutlak, yang ada hanya kebenaran sementara atau tafsiran terbatas yang masih terbuka untuk dilakukan verifikasi kembali oleh peneliti atau peneliti lain.
d. Unik
Unik artinya, peristiwa itu hanya terjadi satu kali, dan tidak ada lagi peristiwa yang sama persis dengan peristiwa waktu itu.
e. Empiris
Empiris artinya Sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusia entah yang bersifat indrawi ataupun yang bersifat batiniah.
Terkait dengan sifat diakronis dalam ilmu sejarah, sejarawan kuntowijoyo menambahkan bahwa dalam dimensi waktu dapat terjadi empat hal, yaitu perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan.
• Perkembangan
Dalam hal perkembangan, sejarah akan melihat dan mencatat peristiwa yag nenunjukan terjadinya perubahan dalam masyarakat dari satu bentuk ke bentuk lain.
• Kesinambungan
Dalam hal kesinambungan, ejarah mengkaji bagaimana masyarakat baru mewarisi teori-teori lama sehingga terjadi kesinambungan (kontinuitas)
• Pengulangan
Dalam hal pengulangan, sejarah mengkaji peristiwa-peristiwa masa lampau yang terjadi pada masa sekarang. Disini yang berulang fenomenanya.
• Perubahan
Dalam hal perubahan, sejarah mengkaji masyarakat yang mengalami pergeseran besar-besaran dan dalam waktu relatif singkat. Biasanya perubahan terjadi karena pengaruh dari luar.
2.Perbedaan Konsep berpikir Sinkronis dan Diakronis

1. Cara berpikir Sinkronis : 
a. Kerangka berpikir Sinkronis mengamati kehidupan sosial secara meluas berdimensi ruang
b. Konsep berpikir sinkronis memandang kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terstruktur dan saling berkaitan antara satu unit yang satu dengan unit yang lainnya
c. Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif dengan menjelaskan bagian demi bagian
d. Menjelaskan struktur dan fungsi dari masing-masing unit dalam kondisi statis
e. Digunakan oleh ilmu-ilmu sosial, seperti : Geografi, Sosiologi, Politik, Ekonomi, Antropologi dan Arkeologi
2. Cara berpikir Diakronis atau Kronologis
a. Dalam konsep berpikir kronologis atau diakronis mempelajari sosial secara memanjang berdimensi waktu
b. Konsep berpikir diakronis memandang masyarakat sebagai sesuatu yang terus bergerak dan memilkiki hubungan kausalitas atau sebab akibat.
c. Menguraikan proses transformasi yang terus berlangsung dari waktu ke waktu kehidupan masyarakat secara berkesinambungan
d. Menguraikan kehidupan masyarakat secara dinamis
e. Digunakan dalam ilmu Sejarah
3.Langkah-langkah penelitian sejarah atau metode penelitian merupakan pedoman yang di gunakan untuk meneliti suatu peristiwa sejarah. Metodepenelitian (metode sejarah) ini penting untuk mendapatkan hasil penelitian yang bermutu serta dapat di akui dan di percaya masyarakat.
Metode sejarah itu pada dasarnya di arahkan untuk menjawab secara tuntas dan menyeluruh pertanyaan 5W – 1H, yaitu,
what (apa), peristiwa apa yang terjadi?
when (kapan), terjadinya peristiwa tersebut?
where (dimana), terjadinya peristiwa tersebut?
who (siapa), yang terlibat dalam peristiwa sejarah tersebut?
why (mengapa), pertistiwa itu terjadi? Apa latar belakangnya
dan how (bagaimana),proses terjadinya peristiwa tersebut?
Untuk memahami bagaimana seorang peneliti melakukan penelitian dalam mengungkap kebenaran di masa lalu, mari kita ikuti langkah-langkah sejarah berikut ini.

a. Pemilihan topik

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus terlebih dahulu menentukan topik yang akan di teliti. Pemilihan topik hendaknya memenuhi hal-hal sebagai berikut:
• Unik, artinya topik yang di pilih mengandung rasa ingintahu dan ketertarikan pembaca
• Bernilai, artinya permasalahan yang di teliti memiliki arti penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi masyarakat.
• Kesatuan, artinya unsur yang di jadikan bahan penelitian mempunyai satu kesatuan ide.
• Orisinal, artinya topik yang di pilih merupakan sebuah pembuktian baru atas peristiwa di masa lalu.
• Praktis, artinya data yang di butuhkan sesuai dengan kemapuan yang dimiliki peneliti.
Selain itu, dalam proses pemilihan topik peneliti harus memperhatikan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual terhadap topik yang dipilih. Kedekatan emosional berarti peneliti suka terhadap topik yang di pilihnya. Sedangkan kedekatan intelektual berarti peneliti menguasai topik yang dipilihnya.

b. Heuristik

Setelah memilih topik, proses berikutnya adalah mengumpulkan data terkait topik yang di pilih. Istilah lazim dalam proses ini adalah heuristik. Heuristik meliputi tiga hal pokok berikut ini:
• Corroboration, membandingkan data yang ada untuk menentukan apakah data terebut memberikan informasi yang sama. Langkah ini juga sering digunakan untuk memverifikasi keaslian data.
• Sourcing, mengidentifikasi penulis, tanggal, serta tempat di buatnya data.
• Contextualization, yaitu mengidentifikasi waktu dan tempat peristiwa.
Berdasarkan sumbernya data dapat di bagu dua, yaitu:
• Data primer, yaitu berupa wawancara lansung kepada pelaku atau saksi sejarah, dokumen asli, laporan/catatan, foto, benda peninggalan, dan artefak
• Data sekunder, yaitu informasi yang di peroleh dari buku, teks, koran, ensiklopedia, dan referensi-referensi lain.

c. Verifikasi

Setelah data terkumpul, proses berikutnya adalah menguji keaslian dan keabsahan data atau verifikasi (kritik sejarah).
Verifikasi ada dua macam, yaitu:
• kritik eksternal
kritik eksternal adalah kritik atau verifikasi terhadap keabsahan dan keaslian sumber data. Kritik eksternal dalam hal keabsahan data antara lain menyangkut pertanyan-pertanyaan berikut ini.
– Apakah gaya bahasa dan penulisan sesuai dengan periode waktu dari topik yang sedang diteliti, dan apakah gaya yang sama terlihat pada tulisan-tulisan lain dari penulis yang sama?
– Apakah ada bukti bahwa penulis memperlihatkan ketidak tahuan terhadap hal atau peristiwa yang seharusnya sudah di ketahuinya?
– Apakah penulis melaporkan peristiwa atau tempat yang belum diketahui selama periode penulisan tersebut?
Sedangkan kritik eksternal dalam hal keaslian data terkait dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
– Apakah data awal telah di ubah, bauk secara sengaja, ataupun tidak sengaja dalam menyalinnya?
– Apakah dukumen itu asli atau salinan?
– Bila tanggal dan penulis tidak diketahui apakah ada petunjuk internal yang menunjukan asal mulanya?
supersemar
gambar diatas merupakan dua versi supersemar, temukan perbedaannya, dan apa saja yang perlu diuji peneliti dalam konteks kritik eksternal dan kritik internal
• kritik internal
kritik internal adalah kritik atau verifikasi terhadap kredibilitas atau keterpercayaan data. Dalam hal ini peneliti harus bersikap objektif dan netral dalam menggunakan data yang telah di peroleh, sehingga peristiwa sejarah itu terjamin kebenarannya. Kritik internal umumnya terkait dengan keabsahan dan makna data. Kritik internal menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
– Apa yang dimaksud penulis dengan setiap kata atau pertanyaan dalam data?
– Seberapa jauh penulis dapat di percaya?
– Apakah sebetulnya yang ingin di katakan penulis?
– Bagaimana menafsirkan kata-kata yang digunakan penulis?

d. Interpretasi

Setelah di verifikasi, data lalu di interpretasi. Disini peneliti melihat keterkaitan informasi yang di kumpulkan, disebut juga interpretasi sintesis, melihat hubungan sebab akibat disebut interpretasi analisis, dan membuat kontruksinya sendiri atas peristiwa itu. Lalu kontruksi di uji dan dianalsis lagi sampai akhirnya siap di sampaikan secara tertulis. Jadi, pada tahap akhir interpretasi penelitisudah mempunyai kontruksi atau sudut pandang tentang topik yang diteliti.
Interpretasi pada dasarnya merupakan langkah yang dilakukan dalam menjawab permasalahan dari topik yang diteliti. Fakta yang dihasilkan melalui kritik harus dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam konteks hubungan sebab akibat atau adanya hubungan yang sangat berarti/signifikan.

e. Historiografi

Hitoriografi berasal dari kata historia artinya sejarah dan graphia artinya penulisan. Jadi dalam tahap historiografi fakta-fakta yang telah di kumpulkan, dikritik, dan di interpretasikan kemudian di sajikan dalam bentuk tulisan yang logis, sistematis dan bermakna.
Historiografi yang baik biasanya menyajikan latar belakang, kronilogi peristiwa, analisis sebab akibat, dan uraian mendalam mengenai hasil penelitian, dampak, serta kesimpulan. Dengan demikian, hasilnya dapt memberikan pemahaman baru yang bermakna kepada pembaca tentang topik tersebut.
Histiriografi di bedakan menjadi dua hal, yakni historiografi naratif, dan historiografi strukturalis. Historiografi naratif adalah penulisan sejarah yang berisi tentang rekaman peristiwa atau tindakan pelaku secara pribadi yang berlangsung dalam waktu tertentu, sedangkan historiografi strukturalis adalah penulisan sejarah yang berisi tentang perubahan yang terjadi di masyarakat. Historiografi strukturalis sering juga disebut sejarah sosial.
Bentuk-bentuk historiografi antara lain dapat berupa:
Narasi yang isinya lebih banyak bercerita sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh sumber sejarah. Deskriptif yang isinya lebih detail dan kompleks dibandingkan dengan narasi.
Dan Analistis, yang isinya lebih banyak berorientasi pada penelaahan masalah.
Sehingga tidak sekedar bercerita tetapi banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dengan tinjauan berbagai aspek. Penulisan yang baik adalah gabungan antar unsur naratif, deskriptif dan analitis. Bentuk gabungan ini akan menampilkan unsur cerita, detail sumber dan analisa terhadap peristiwa sejarah.
Bentuk-bentuk penelitian Dilihat dari teknik pengumpulan data, penelitian sejarah dibagi dalam dua bentuk, yaitu penelitian Lapangan dan penelitian kepustakaan.
1. Penelitian Lapangan Dalam melakukan penelitian lapangan seorang sejarawan datang ketempat terjadinya peristiwa sejarah atau tempat ditemukannya peninggalan-peninggalan sejarah (situs). Bila peninggalan tersebut telah disimpan di museum, maka penelitian dilakukan di museum. Dan apabila benda-benda peninggalan itu masih terpendam didalam tanah, maka sejarawan harus melakukan penggalian atau ekskavasi. Jika seorang sejarawan memerlukan keterangan langsung dari pelaku atau saksi sejarah yang masih hidup sebagai sumber lisan maka bisa dilakukan melalui metode wawancara (interview)
2. Penelitian kepustakaan Penelitian kepustakaan disebut juga dengan penelitian dokumenter. Dalam melakukan penelitian dokumenter, seorang peneliti memfokuskan perhatiannya untuk memperoleh data-data tertulis yang disimpan di museum atau perpustakaan. Untuk mendapatkan data dan informasi yang benar dan akurat, peneliti dapat melakukan studi komparatif, yaitu membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lainnya yang berkenaan dengan suatu hal.


Emoticon Emoticon